Wednesday 14 March 2012

Blog Abu Furqan

Blog Abu Furqan


Langit Mana yang Akan Menaungiku…

Posted: 13 Mar 2012 05:00 PM PDT

1. أنتم أعلم بالأخبار الصحاح منا، فإذا كان خبر صحيح، فأعلمني حتى أذهب إليه، كوفيا كان، أو بصريا، أو شاميا

–> ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal berkata: ‘Saya mendengar ayahku berkata bahwa asy-Syafi’i berkata, “Anda lebih mengetahui tentang khabar (hadits) yang shahih dibandingkan kami. Jika ada khabar yang shahih, beritahukanlah kepadaku, agar aku bisa mengikutinya, baik itu khabar kufi (dari orang-orang Kufah), bashri (dari orang-orang Bashrah), atupun syami (orang-orang Syam).”

2. كل ما قلته فكان من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- خلاف قولي مما صح، فهو أولى، ولا تقلدوني

–> Harmalah berkata: asy-Syafi’i berkata, “Setiap apa saja yang telah kukatakan ternyata bertentangan dengan hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hadits itu lebih utama untuk diikuti, dan janganlah kalian bertaqlid kepadaku.”

3. إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقولوا بها، ودعوا ما قلته

–> Dari ar-Rabi’: saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Jika kalian menemukan di kitabku pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berhujjahlah dengannya (as-sunnah) dan tinggalkanlah pendapatku.”

4. أي سماء تظلني، وأي أرض تقلني إذا رويت عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حديثا فلم أقل به

–> Ar-Rabi’ berkata: saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Langit mana yang akan menaungiku, dan bumi mana yang akan membawaku, jika aku meriwayatkan satu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun aku tidak berhujjah dengannya.”

5. كل حديث عن النبي -صلى الله عليه وسلم- فهو قولي، وإن لم تسمعوه مني

–> Abu Tsaur berkata: saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Setiap ada hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itu adalah pendapatku, meskipun kalian tak pernah mendengarnya dariku.”

6. إذا صح الحديث فهو مذهبي ، وإذا صح الحديث، فاضربوا بقولي الحائط

–> Diriwayatkan juga bahwa asy-Syafi’i berkata, “jika ada satu hadits shahih, maka itu adalah madzhabku. Dan jika ada satu hadits shahih (bertentangan dengan pendapatku), maka lemparkanlah pendapatku ke dinding.”

Sumber: Siyar A’laamin Nubalaa karya Imam adz-Dzahabi

*****

Pernyataan Imam asy-Syafi’i rahimahullah di atas menunjukkan komitmen beliau terhadap sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehebat apapun asy-Syafi’i, manusia –termasuk asy-Syafi’i sendiri– tetap harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan mengikuti asy-Syafi’i.

Pernyataan di atas juga menunjukkan tawadhu’nya imam asy-Syafi’i. Sebagai seorang yang sangat ‘alim, faqih dan ahli hadits, seandainya beliau mau, tentu beliau bisa mencukupkan diri dengan pendapatnya saja, tanpa perlu mendengarkan pendapat orang lain. Namun, asy-Syafi’i bukan orang yang seperti itu, beliau tetap meminta imam Ahmad dan yang lainnya mengingatkan sekaligus mengoreksi jika pendapat beliau tidak sesuai dengan yang ditunjukkan oleh sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, dengan tegas beliau meminta orang lain untuk meninggalkan pendapat beliau jika bertentangan dengan sunnah.

Bandingkan sifat tawadhu’ ini dengan sifat sebagian anak muda muslim saat ini, yang ilmunya tidak sampai sepersepuluhnya ilmu asy-Syafi’i, namun lagaknya sudah seperti mujtahid mutlak, begitu gampangnya menyalahkan, membid’ahkan bahkan menyesatkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Dengan mengusung slogan kembali ke al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai manhaj salafush shalih, mereka dengan ‘beringasnya’ menuduh semua pihak yang pendapatnya berbeda dengan kelompok mereka sebagai ahlul bid’ah dan pengikut hawa nafsu. Inikah ketawadhu’an salaful ummah yang mereka ikuti?

*****

Baca juga semua artikel di bawah ini:

No comments:

Post a Comment